Idiom adalah bentuk ungkapan atau frasa yang memiliki arti kiasan atau tidak langsung, yang tidak dapat diartikan secara harfiah berdasarkan kata-kata yang ada di dalamnya.
Kamu tentu tahu, bahwa novel memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik. Nah, salah satu unsur intrinsik novel adalah gaya bahasa, dan idiom adalah bagian dari unsur intrinsik novel tersebut.
Karena idiom menjadi bagian dari unsur intrinsik novel; hal ini membuat idiom dapat dimanfaatkan sebagai nilai estetika dari sebuah karya tulis novel. Dalam sebuah novel, ada tiga nilai yang membuat novel menjadi lebih berkesan, yaitu: nilai estetika, nilai autentik, dan nilai etik.
Di pembahasan ini, kita akan berfokus pada nilai estetika yang dapat dibentuk dari pemanfaatan idiom sebagai gaya bahasa.
Idiom Dalam Novel
Idiom biasanya dibentuk oleh sebuah kombinasi kata-kata yang memiliki makna konotatif atau makna tersembunyi, sehingga membuatnya sulit dipahami oleh orang yang tidak mengenal budaya atau bahasa setempat.
Contoh idiom bahasa Indonesia yang umum adalah:
- "Pedagang kaki lima", bukan berarti si pedagang memiliki lima kaki, akan tetapi pedagang yang berada di pinggiran jalan.
- "Darah biru", bukan berarti seseorang memiliki darah yang berwarna biru, melainkan keturunan bangsawan.
Idiom juga sering digunakan dalam percakapan sehari-hari dan menjadi bagian penting dalam memahami bahasa dan budaya Indonesia.
Dalam sebuah novel, idiom dapat digunakan untuk memperkaya dialog, dan sebagai nilai estetika sebuah karya.
Baca Juga : Manfaat Idiom, Pepatah dan Peribahasa untuk Novel
Author di dalam karyanya dapat mengungkapkan gagasan, perasaan, maupun persepsinya secara subyektif. Sehingga, pemilihan gaya bahasa dalam karya sastra sangat memperhatikan keindahan, serta mampu menimbulkan efek perasaan tersendiri terhadap pembacanya.
Idiom sering diungkapkan secara subjektif sehingga berpengaruh langsung terhadap pikiran pembaca yang menangkap makna yang dihidangkan dalam kata.
Makna-makna yang disajikan dalam bentuk idiom ini lah yang membuat pembaca terbawa arus perasaan yang disajikan author dalam karyanya.
Idiom di dalam novel akan memberikan sesuatu yang baru dan lebih memperbanyak ragam ungkapan dalam penulisan dan penyampaian dalam deskripsi atau narasi cerita.
Mengapa Penulis (Author) Novel menggunakan Idiom di dalam karya yang ditulisnya?
Biasanya, penulis atau author novel menggunakan idiom karena beberapa alasan, salah satu alasannya ialah agar lebih efektif karena idiom mengandung makna yang lebih dalam.
Menggunakan idiom di dalam karya tulis, seperti novel, membuat author dapat menyatakan sesuatu di luar konteks dengan kata-kata yang lebih mudah dicerna dan dimengerti pembaca.
Penggunaan idiom disebabkan karena terkadang, author ingin mengungkapkan makna yang panjang dengan kata-kata yang sesingkat mungkin.
Menggunakan idiom juga bagian dari pengelolaan gaya bahasa yang digunakkan dalam novel agar kata yang dipilih dapat memberikan makna yang mendalam, tanpa harus menjelaskannya;
Contohnya, author ingin menyampaikan gambaran sifat tokoh yang pembual, banyak omong, dan congkak. Penulis bisa menggunakan idiom "besar mulut" untuk mendeskripsikan kalimat di atas.
Selain lebih efektif, idiom juga mengandung nilai rasa juga dapat mengungkapkan maksud secara tidak langsung.
Apa Manfaat Idiom di dalam Novel?
Manfaat idiom dalam sebuah karya tulis novel ya tentu saja sebagai nilai estetika dari karya tersebut.
Nilai estetika sebuah karya tulis novel perlu diperhatikan secara serius, karena estetika sebuah karya dinilai dari cara author memanfaatkan gaya bahasa menjadi sebuah seni menyampaikan pesan moral dan unsur-unsur ekstrinsik novel.
Berikut ini, manfaat dari penggunaan idiom dalam karya tulis novel:
1. Memperkaya Bahasa:
Dengan menggunakan idiom, pembaca dapat memperkaya bahasa dengan memahaminya karena membaca karya tulis novel. Sehingga, pembaca dapat menggunakannya dalam percakapan sehari-hari.
Hal ini lah yang membuat novel kamu akan berhasil mendapatkan nilai estetikanya karena mampu memberikan pesan moral, dan dengan begitu, hal ini juga akan meningkatkan nilai etik novel yang kamu tulis sebagai karya sastra.
2. Memudahkan Komunikasi:
Idiom dapat membantu memudahkan komunikasi atau dialog antar tokoh di dalam karya tulis kamu. Selain itu, idiom juga membuat dialog kamu terdengar lebih variatif dan menarik.
Hal yang harus kamu tahu ketika menyusun dialog adalah, kamu tidak boleh membuat dialog seperti layaknya orang berbicara.
Melainkan, kamu harus mampu menangkap dinamika percakapan manusia yang disuguhkan dalam bentuk dialog; hal yang menarik ialah, idiom dapat membantu kamu menangkap dinamika percakapan manusia itu sehingga dapat menghasilkan dialog yang interaktif.
3. Meningkatkan Daya Tarik Percakapan:
Menggunakan idiom dapat membuat percakapan terdengar lebih menarik dan menyenangkan, karena idiom seringkali memiliki arti yang tidak sebenarnya dan tidak dapat dijelaskan secara langsung.
Hal ini lah yang dapat membuat value "show don't tell" dalam karya kamu lebih meningkat. Sehingga, dialog kamu tidak terkesan bertele-tele, pingpong, dan meluber, sehingga karya kamu tidak akan menjadi novel yang membosankan bagi pembaca.
4. Menunjukkan keahlian bahasa:
Penggunaan idiom yang sesuai dan pada saat yang tepat dapat menunjukkan keahlian kamu sebagai penulis dalam berbahasa sesuai budaya setempat.
Dalam jenisnya, ada beberapa idiom yang hanya dipahami oleh beberapa orang tertentu; misalnya "ngeri-ngeri sedap" yang maknanya mengungkapkan sesuatu hal baik di kondisi yang tidak mengenakkan.
Jadi, idiom tidak hanya membuat karya kamu berhasil mendapatkan nilai estetika dan etik-nya saja, idiom juga dapat membuat karya tulis kamu mendapatkan nilai autentik dari pemanfaatan gaya bahasa.
Akan tetapi, penting untuk diingat bahwa penggunaan idiom juga bisa salah atau tidak tepat; sehingga dapat membuat percakapan menjadi tidak jelas atau bahkan salah paham.
Mengapa Idiom Dapat Meningkatkan Nilai Estetika Sebuah Novel?
Menggunakan idiom dalam novel dapat menambahkan dimensi dan kekayaan pada bahasa yang digunakan. Idiom juga bisa mengekspresikan perasaan atau situasi dengan lebih kuat dan efektif daripada bahasa biasa.
Penggunaan idiom yang tepat dapat membuat tokoh dan suasana dalam novel menjadi lebih hidup dan autentik. Sebagai nilai estetika, idiom juga bisa meningkatkan daya tarik sebuah novel dan membuat pembaca terlibat secara emosional dalam cerita.
Selain itu, penggunaan idiom yang tepat juga dapat membantu menggambarkan latar belakang budaya atau sosial dalam novel.
Sebagai contoh, penggunaan idiom yang khas dari suatu daerah atau kelompok masyarakat tertentu dapat membantu membentuk karakter dan setting cerita yang lebih kaya dan autentik.
Selain sebagai nilai estetika, penggunaan idiom dalam novel juga dapat menjadi alat yang efektif untuk memperkuat tema atau pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Dalam beberapa kasus, idiom dapat digunakan untuk memberikan analogi atau perumpamaan yang mendalam dan menarik bagi pembaca.
Dengan begitu, pembaca akan lebih mudah terhubung dan memahami pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Sehingga, tercapailah unsur intrinsik novel lainnya, yaitu amanat dan lengkaplah unsur-unsur ekstrinsik sebuah novel sebagai karya sastra.
Bentuk Idiom dalam Novel Populer:
Ada dua bentuk idiom berdasarkan teori Sudaryat yang sering digunakan dalam novel populer. Bentuk idiom tersebut adalah idiom penuh dan idiom sebagian.
- Idiom penuh merupakan ungkapan yang secara keseluruhan tidak memiliki makna sebenarnya. Contoh idiom penuh: "Melebarkan Sayap", yang maknanya mengembangkan karir, atau "Naik Daun" yang memiliki makna karir sedang baik. Dll.
- Idiom sebagian merupakan ungkapan yang masih memiliki makna sebenarnya. Contoh idiom sebagian: "Lembar Baru" yang maknanya adalah kehidupan baru, atau "Turun Tangan" yang bermakna ikut andil atau membantu. Dll.
Dari bentuk idiom sebagian tersebut, idiom juga dikelompokkan berdasarkan jenisnya. Berikut ini, beberapa jenis idiom yang sering muncul di novel populer:
- Idiom dengan warna. Misalnya, jago merah, meja hijau, darah biru.
- Idiom dengan nama hewan. Misalnya, kambing hitam, lintah darat, buaya darat, kabar burung.
- Idiom dengan anggota tubuh. Misalnya, badan dua, muka tembok, ringan tangan, angkat kaki, panjang tangan, tinggi hati, besar kepala, buah bibir, buah hati, buah tangan.
- Idiom dengan bilangan. Misalnya, kaki lima, wajah dua, akal seribu.
Penutup:
Jika disimpulkan, idiom dapat dianggap sebagai nilai estetika yang penting dalam sebuah novel. Penggunaannya yang tepat dapat menambahkan dimensi dan kekayaan pada bahasa yang digunakan, serta memperkaya karakter dan setting cerita.
Selain itu, idiom juga dapat menjadi alat yang efektif untuk memperkuat tema atau pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Namun, penulis harus mempertimbangkan konteks dan tujuan penggunaan idiom dalam novel agar dapat mencapai nilai estetika yang diinginkan.