Ketentuan yang diterapkan di situs kepenulisan.com dalam tautan berikut: Ketentuan

Kenapa Harus Ada Prolog dalam Sebuah Novel?

Kenapa sih novel itu harus punya prolog? Berikut pembahasan akan alasan kenapa sebuah novel membutuhkan prolog.
Apakah Prolog Harus Ada di Novel?

Pernah nggak sih, kamu membaca novel yang langsung dibuka dengan prolog, dan bertanya-tanya, kenapa harus dimulai dari prolog?

Prolog itu kek jabatan tangan; kita dibuat berkenalan dengan cerita yang akan dibaca. Di sini kita dikasih kesempatan untuk menilai dan memahami sekilas.

Saat pertama kali saya mencoba menulis prolog untuk novel saya sendiri, jujur saja, itu jadi salah satu bagian tersulit. Saya bingung—kenapa sih harus ada prolog? Apa nggak cukup langsung ke Bab 1 saja?

Nah, setelah mencoba (dan kurang puas) berkali-kali, saya akhirnya menyadari beberapa alasan kenapa prolog itu penting. Tapi ya, nggak semua cerita memang butuh prolog. 

Jadi, memiliki prolog di dalam novel itu bukan aturan wajib, tapi lebih ke strategi yang bisa bikin ceritamu makin kuat aja.

1. Prolog itu Intrik Novel.

Bayangin kamu mulai novel dengan prolog yang penuh teka-teki. Misalnya, "Di malam yang sunyi itu, ia menghilang tanpa jejak, meninggalkan hanya sebuah surat dengan kata-kata yang tak bisa dimengerti." 

Kalau saya sebagai pembaca, langsung penasaran: siapa yang menghilang? Kenapa suratnya penting?

Prolog yang kuat bisa jadi media untuk memancing rasa penasaran pembaca tanpa harus membebani Bab 1 dengan terlalu banyak konteks. 

Saya pernah mencoba memulai novel dengan adegan yang langsung terjadi di akhir cerita—semacam kilas balik. Kek contoh prolog dari karya tulis dari Khrisna Pabichara bertajuk “Sepatu Dahlan Iskan”, novel ini dimulai dari sebuah peristiwa yang terjadi dan membawa sang tokoh utama ke masa kecilnya.

2. Membangun Latar Belakang Tanpa Mengganggu Cerita Utama.

Kadang, ada informasi penting yang nggak bisa langsung dimasukkan ke Bab 1 karena bakal bikin pembaca kewalahan. Misalnya, dunia fantasi dengan aturan magis yang kompleks, atau latar belakang sejarah yang penting untuk dipahami. 

Di sinilah prolog berperan penting.

Pernah baca novel "The Hobbit" karya Tolkien, gak? Prolognya membantu menjelaskan dunia Middle-earth tanpa harus membanjiri narasi utama.

Banyak temen-temen penulis di Grup Kepenulisan yang bilang kalau teknik ini dalam cerita fantasi ternyata itu cukup efektif. Tapi jangan terlalu terlalu informatif karena malah bisa bikin pembaca bosan. Baru awalan loh, udah disajikan hal-hal berat.

3. Memberikan Sudut Pandang Berbeda

Prolog bisa juga digunakan untuk menyuarakan tokoh atau kejadian yang nggak akan muncul lagi sampai jauh di dalam cerita. 

Prolog akan efektif kalau kamu ingin memberikan sudut pandang yang memperluas pemahaman pembaca.

4. Menciptakan Nuansa atau Tema

Prolog bisa jadi media untuk membangun suasana hati pembaca. Apakah ceritamu gelap dan misterius? Atau ringan dan penuh harapan? Dengan prolog, kamu bisa langsung menyampaikan "rasa" cerita sebelum memulai narasi utama.

Saya pernah menulis cerita drama keluarga dan membuka dengan prolog yang menggambarkan sebuah peristiwa kecil di masa lalu. Meski sederhana, itu langsung menanamkan tema keluarga dan konflik emosional yang akan jadi inti cerita.

Salah satu contoh yang menarik dari poin ini ialah novel Metropop karya Almira Bastari bertajuk “Ganjil Genap”. Prolog-nya tuh ngejelasin konteks dan memperkenalkan kita ke tokohnya secara perlahan-lahan.

Pengalamanku Menulis Prolog.

Nggak semua prolog berhasil. Saya pernah menemukan sebuah prolog di Wattpad yang terlalu panjang dan malah jadi seperti Bab 1. Hasilnya? Saya sebagai pembaca berani bilang kalau prolognya membingungkan dan nggak terasa beda dari bab-bab lainnya. 

Dari situ saya belajar: kalau mau bikin prolog, pastikan dulu kalau prolog itu punya tujuan jelas seperti yang sudah saya jelaskan di atas.

Coba, tanyakan ke diri sendiri dulu sebelum menulis prolog novel untuk bahan pertimbangan:

Kalau jawabannya memantapkan kamu untuk pertanyaan itu, berarti prolog memang layak dimasukkan.

Kalau beneran mantap pengen membuat prolog; perhatikan juga beberapa kesalahan umum penulis pemula ketika menulis prolog novel, dan semoga kamu tidak melakukan hal yang serupa.

Pada akhirnya, prolog itu kayak bumbu tambahan dalam masakan saja. Kalau dipakai dengan benar, dia bisa bikin ceritamu lebih "lezat". Tapi kalau nggak perlu, ya nggak usah dipaksakan. 

Jadi, buat kamu yang masih bingung, cobalah pikirkan: apa prolog novel kamu akan memberi sesuatu yang nggak bisa diberikan oleh Bab 1? Kalau iya, go for it!

Hendy Jobers, seorang Pak RT di grup Facebook kepenulisan: "Ingin Menjadi Penulis. Namun, Enggan Menulis."

Posting Komentar

© Kepenulisan.com. Hak cipta. Developed by Jago Desain