Ketentuan yang diterapkan di situs kepenulisan.com dalam tautan berikut: Ketentuan

Apakah Novel Butuh Prolog?

Apakah novel benar-benar membutuhkan Prolog? ... apakah Prolog merupakan suatu bagian yang wajib ada di dalam novel? Well... emangnya iya?
Novel Prolog

Prolog. Kata ini pasti sering muncul ketika kita berbicara tentang struktur novel—apalagi saat membahas proses menulis novel. Saya dulu sempat berpikir bahwa setiap cerita yang baik pasti membutuhkan prolog. 

Rasanya, seperti prolog itu bagian dari "aturan tak tertulis" menulis novel yang harus ada. Tapi seiring waktu, saya sadar bahwa tidak semua novel benar-benar membutuhkan prolog. 

Faktanya, terlalu memaksakan harus ada prolog justru bisa merusak kesan awal pembaca.

Izinkan saya ceritakan pengalaman pribadi. Ketika pertama kali mencoba menulis novel, saya merasa harus membuat prolog yang penuh misteri. 

Saya ingin pembaca langsung terpukau. 

Jadi, saya menulis satu halaman penuh deskripsi suram tentang dunia yang runtuh dan suara-suara hantu yang samar-samar terdengar di latar belakang.

Kedengarannya keren, kan? 

Ternyata, tidak. Saat novel itu saya uji coba ke beberapa teman, banyak yang bilang, "Prolognya bikin bingung," atau lebih parah lagi, "Aku melompat langsung ke Bab 1 karena prolog-nya terlalu abstrak."

Hati-hati! Prolog novel bisa aja jadi penyebab novel yang kamu tulis malah terkesan novel yang membosankan bagi pembaca.

Waktu itu saya baru sadar, prolog bukan sekadar pembuka. Prolog harus punya alasan kuat untuk ada.

Kalau isinya hanya sekadar "menarik perhatian," mungkin lebih baik langsung dimulai dari Bab 1.

Haruskah Prolog Novel Ditulis?

Prolog pada dasarnya adalah semacam pendahuluan untuk cerita utama. Tapi prolog yang baik biasanya punya fungsi spesifik:

  • Memberikan konteks yang tidak mungkin dimasukkan ke dalam alur utama. Misalnya, dalam novel fantasi, prolog bisa menceritakan sejarah dunia yang penting bagi cerita.
  • Memperkenalkan konflik utama tanpa langsung melibatkan tokoh utama. Contohnya, memperlihatkan peristiwa masa lalu yang memicu kejadian di bab awal.
  • Menarik perhatian pembaca dengan adegan yang menggugah rasa penasaran. Tapi hati-hati, jika terlalu menggantung, pembaca bisa merasa tertipu.

Nah, kalau fungsi ini bisa dimasukkan ke dalam alur utama tanpa memerlukan bab khusus, maka prolog tidak perlu ada. 

Seperti Novel "Prolog" Karya Adeliany Azfar ini nyatanya bisa berhasil menciptakan daya tarik tanpa bantuan prolog. Walaupun judulnya prolog, tapi novel ini gak ada prolog-nya! Saya curiga, keknya novel ini malah seutuhnya prolog kek anime AoT.

Jadi! Gak Usah Nulis Prolog Novel, Kalau…

Ada beberapa situasi di mana prolog malah jadi beban bagi cerita:

  • Ketika informasi bisa dijelaskan secara alami di bab berikutnya. Misalnya, latar belakang tokoh atau dunia bisa diperkenalkan secara perlahan melalui dialog atau tindakan.
  • Jika terlalu abstrak atau tidak relevan. Saya pernah membaca novel yang prolognya berisi puisi panjang tentang "kegelapan." Itu menarik, tapi saya tidak mengerti apa hubungannya sampai novel selesai.
  • Saat ceritanya lebih kuat jika dimulai langsung. Contoh klasik adalah novel thriller. Dimulai dari adegan intens biasanya jauh lebih efektif.

Tips Menulis Prolog untuk Penulis Pemula.

Jika kamu merasa ingin menulis prolog, coba tanyakan beberapa hal ini dulu ke diri sendiri. Tulis jawabanmu di secarik kertas, lalu baca hasilnya:

  • Apakah prolog yang akan ditulis ini benar-benar memberikan informasi penting yang tidak bisa muncul di bab lain?
  • Apakah pembaca akan langsung mengerti kaitannya dengan cerita utama?
  • Apakah prolog ini membuat pembaca merasa ingin tahu lebih banyak, atau malah membingungkan mereka?

Jika jawabannya tidak meyakinkan, mungkin lebih baik untuk menghapus prolog itu dan fokus pada bab pertama.

Jika memang kamu ingin menulis prolog; maka pertimbangkan dan pahami kesalahan umum penulis pemula saat menulis prolog novel.

Kesimpulan

Prolog bukan syarat mutlak untuk novel yang bagus. 

Kadang, novel lebih kuat ketika langsung terjun ke cerita utama tanpa basa-basi. 

Ingat, yang paling penting adalah bagaimana cerita itu terasa hidup dan menarik bagi pembaca, bukan bagaimana cara kamu memulainya.

Oh, dan satu pelajaran besar dari pengalaman saya: jangan menulis prolog hanya karena "tampaknya keren." 

Pastikan itu memang diperlukan. Kalau tidak, lebih baik langsung lompat ke bab pertama. Pembaca akan sebenarnya gak pernah membutuhkan Prolog, kalau gak ada ya tidak apa-apa; kalau ada … haruskah prolog ini dibaca?

Hendy Jobers, seorang Pak RT di grup Facebook kepenulisan: "Ingin Menjadi Penulis. Namun, Enggan Menulis."

إرسال تعليق

© Kepenulisan.com. Hak cipta. Developed by Jago Desain