“Kitab Writerprenuer: Jangan (Takut) Jadi Penulis” merupakan sebuah buku yang disusun oleh Sofie Beatrix, seorang konsultan penulis. Diterbitkan pada 2011 silam, buku ini menawarkan “kemudahan menjadi penulis” dengan kiat-kiat dan aktivitas. Namun, ada beberapa hal yang saya kira… mulai kurang relevan lagi.
Walau mulai kurang relevan, buku ini mengandung ilmu menjadi penulis dan materi kepenulisan yang pernah saya pelajari dahulu. Ketika membacanya kembali, tahun ini, saya jadi bernostalgia pada diri sendiri akan langkah pertama menjadi seorang penulis.
Informasi Umum
- Judul: Kitab Writerprenuer: Jangan (Takut) Jadi Penulis.
- Penulis: Sofie Beatrix.
- Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama.
- Tahun Terbit: 2011
- Jumlah Halaman: 168
- Daftar isi: Pengantar, 12 Bab, dan Informasi Penulis.
- ISBN: 978-602-03-1381-8
Buku “Kitab Writerprenuer: Jangan (Takut) Jadi Penulis” saya pinjam dari Aplikasi iPusnas secara gratis. Saya membaca buku digital ini pada tanggal 2 Oktober 2024 versi cetakan kedua yang diterbitkan Februari 2015.
Ketika membacanya, saya merasa bahwa apa yang terkandung dalam pembahasannya sudah mulai kurang relevan lagi. Entah karena saya sudah memahami pembahasan yang dipaparkan atau karena dunia kepenulisan sudah mengalami perkembangan sehingga informasi yang disajikan, saya kira mulai tidak seperti itu lagi.
Bagaimana tidak, buku ini diterbitkan 13 tahun lalu. Jadi, bisa saja memang tidak relevan lagi. Alih-alih menawarkan “writerprenuership”, buku ini lebih mengarah kepada “cara menjadi penulis”, … dan sebuah tawaran untuk menerbitkan buku di agensi si penulisnya.
Tentang “Kitab Writerprenuer”.
Walau mulai kurang relevan lagi, buku “Kitab Writerprenuer” menghidangkan kiat-kiat mainstream menjadi penulis; menawarkan kemudahan yang saya kira tidak semudah itu.
Well, saya merangkum 11 pokok pembahasan yang menarik dari buku ini:
- Memaparkan manfaat menulis yang dikemas dengan tajuk “7 Alasan Mengapa Kamu Harus Menyelesaikan Tulisanmu”.
- Menganjurkan untuk membuat Agenda Kerja / Rencana Menulis.
- Menjelaskan Cara-Cara Mencari / Mendapatkan Ide.
- Latihan Menulis dengan Menulis Diary, Menulis Puisi, Menulis Blog, dan Resensi Buku.
- Kolom Tantangan Menulis.
- Contoh Tulisan dari Penulis.
- Mengembangkan Outline / Kerangka Tulisan dengan Identifikasi.
- Mendiskusikan Hasil Tulisan.
- Menentukan Judul.
- Mencari Penerbit.
- Menjelaskan Berkas-Berkas Pelengkap Pengantar Pengajuan Naskah.
Mengulas “Kitab Writerprenuer”.
Disajikan dengan gaya bahasa yang awam; seingat saya, tidak ada penggunaan istilah-istilah yang sulit dimengerti. Serta, isi yang terkandung juga sudah sering dibahas, mudah ditemukan, dan tidak ekslusif.
Hal itu wajar, sebab “Kitab Writerprenuer” sudah satu dasawarsa lebih. Jadi, tidak heran apabila informasi yang disajikan mulai agak “dingin”.
Hal yang Membuat Buku ini Tidak Relevan Lagi.
Sebagai penafian, saya mengatakan “tidak relevan lagi” dalam ulasan ini, hal ini berdasarkan perspektif saya. Bisa saja, buku ini masih relevan untuk orang lain; dan saya juga berani mengatakan kalau buku “Kitab Writerprenuer” masih layak dibaca, karena isinya mengandung informasi yang layak disantap penulis pemula.
Ada beberapa hal yang saya garisbawahi:
- Dunia Blogging sudah tidak sesederhana itu lagi; perkembangan membawa Blogging ke ranah yang profesional.
- Dunia Penerbitan sudah tidak sekaku itu lagi; perkembangan membawa proses penerbitan menjadi lebih variatif, opsional, dan mudah.
Tentu, pembahasan akan dua hal di atas—yang menjadi bagian dari writerpreneurship—dalam buku ini “bukan salah”, melainkan sudah mengalami perkembangan sehingga informasinya jadi tidak relevan lagi.
Algoritma Google dalam ranah Blogging telah membawa para Blogger ke cara yang “profesional”. Tak bisa sembarang, karena tulisan yang disajikan harus mampu bersaing di optimasi mesin pencari.
Misalnya tulisan saya ini; meresensi buku yang saya publikasikan ke Blog. Saya tidak sembarangan memberikan pendapat dan komentar; dan tulisan saya ini pun tidak sebatas menceritakan pengalaman membaca saja. Saya harus mengoptimalkan, tidak hanya sekadar menuliskan.
Secara keseluruhan, buku ini bisa dikatakan “belum cocok” untuk dijadikan “Kitab Writerpreneur”.
Semoga ada Pembaruan:
Apa yang saya tulis di atas bukanlah “tanggapan-negatif”, melainkan sebuah harapan bahwa buku ini semoga saja diperbarui dengan informasi yang terkini.
Saya selesai membaca buku ini, dengan rasa bangga dan nostalgia bahwa saya pernah melewati, memahami, dan menghadapi segala hal yang disajikan; mulai dari, belajar memaknai tulisan sendiri, menyusun kerangka, berjuang menyelesaikan tulisan, belajar menulis dengan blog, meresensi buku, dan bertengkar dengan penerbit—maklum, pasti ada cekcok. Hahaha.
Karena perasaan itulah, dan keyakinan akan pemaparan yang disajikan penulis-nya, mbak Sofie Beatrix: saya benar-benar berharap buku ini mendapatkan pembaruan.
Konklusi: Pendapat sebagai Penutup.
Buku “Kitab Writerpreneur: Jangan (Takut) Jadi Penulis” sama sekali tidak dapat dijadikan sebagai ‘kitab’ untuk para Writerpreneur di industri kepenulisan 4.0 seperti sekarang ini.
Apa yang membuatnya demikian karena sajiannya mulai tidak relevan, sebab pembahasan tersebut sudah mengalami perkembangan.
Saya bahkan tidak menyinggung “AI” yang semakin membuat buku ini tidak relevan lagi. Namun, saya berharap buku ini mendapatkan pembaruan, atau disegarkan; untuk cetakan selanjutnya.