Ketentuan yang diterapkan di situs kepenulisan.com dalam tautan berikut: Ketentuan

Memanfaatkan AI sebagai Co-Writer

Opini saya tentang AI sebagai co-writer yang membantu menghasilkan ide, dan struktur tulisan.
Memanfaatkan AI sebagai Asisten Co-writer

Ketika pertama kali mendengar tentang menulis dengan AI di handphone, saya cukup skeptis. 

Saya punya pandangan bahwa menulis adalah seni yang sangat manusiawi—bagaimana mungkin sebuah mesin bisa benar-benar membantu dalam proses kreatif ini? Tapi, karena rasa penasaran, saya memutuskan untuk mencoba memanfaatkan AI sebagai co-writer, dan hasilnya cukup mengejutkan.

Sebelum bicara lebih jauh, penting untuk dipahami bahwa AI bukanlah pengganti seorang penulis. AI lebih seperti asisten yang bisa membantu dengan ide-ide, menyusun paragraf, atau bahkan memberikan saran mengenai struktur cerita. 

Menulis dengan AI di Handphone!

Pertama kali saya mencoba, saya mulai dengan aplikasi seperti ChatGPT (ya, ini dia!). Awalnya, saya hanya meminta saran tentang bagaimana saya bisa menyusun plot untuk sebuah cerita pendek. Sungguh menakjubkan, karena ide-ide yang muncul dari AI ini benar-benar membantu membuka perspektif baru yang sebelumnya tidak terpikirkan.

Saya sering mengalami writer’s block, dan inilah salah satu alasan utama saya mulai menggunakan AI. Misalnya, ada saat-saat ketika saya tahu garis besar cerita yang ingin saya sampaikan, tetapi ketika mulai menulis, saya terjebak di bagian yang terasa "kosong" atau tidak hidup. 

Di sinilah AI benar-benar bersinar. Saya akan mengetikkan kalimat atau paragraf kasar, dan AI akan memberi saya beberapa variasi atau saran yang mungkin saya lewatkan. Seperti berbicara dengan rekan sesama penulis, yang memberikan saran tanpa menghakimi.

Tentu saja, ada batasannya. Kadang-kadang saran yang diberikan AI terasa agak kaku atau "terlalu sempurna." Saya menyadari bahwa teks yang dihasilkan mesin sering kali membutuhkan sentuhan manusia agar terasa lebih emosional atau relevan secara pribadi. 

AI bisa menghasilkan tulisan yang gramatikal sempurna, tapi kurang punya nuansa atau "jiwa." Namun, di sinilah letak keseimbangan yang harus dicari. 

Saya menggunakan AI bukan untuk menggantikan proses kreatif, tapi untuk melengkapinya. Misalnya, jika saya buntu dalam menulis dialog atau deskripsi adegan, AI bisa memberikan contoh-contoh yang kemudian saya modifikasi sesuai dengan gaya saya sendiri.

Kapan Harus Menggunakan AI sebagai Co-writer?

Satu hal yang saya pelajari dari pengalaman ini adalah pentingnya mengetahui kapan harus menggunakan AI dan kapan tidak. 

Saya tidak akan mengandalkan AI untuk menulis seluruh bab atau alur cerita dari awal sampai akhir. Itu seperti memberikan terlalu banyak kontrol pada asisten yang sebenarnya tidak memiliki pemahaman emosional tentang karakter atau tujuan cerita. Namun, AI sangat berguna dalam membantu hal-hal teknis seperti penyuntingan cepat atau memberikan ide baru ketika saya benar-benar buntu. 

Jadi, saya akan menulis draf pertama dengan cara saya, dan kemudian, ketika saya membutuhkan bantuan tambahan, saya akan memasukkan beberapa bagian ke AI dan melihat bagaimana itu bisa dikembangkan lebih lanjut.

Menariknya, AI juga membantu saya untuk berpikir lebih kreatif. Kadang-kadang, ketika saya memberikan instruksi atau prompt yang agak abstrak, AI akan kembali dengan sesuatu yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. 

Seolah-olah ada percikan inspirasi baru yang datang dari cara AI "berpikir." Hal ini membuat saya bertanya-tanya apakah kita sebagai manusia sering kali terlalu terpaku pada aturan dan pola yang sudah kita kenal, sementara AI justru melihat sesuatu dari sudut yang benar-benar berbeda. Mungkin itu salah satu alasan mengapa AI bisa menjadi co-writer yang efektif—karena ia bekerja dengan cara yang sangat berbeda dari kita.

Tentu, tidak semua penulis akan nyaman dengan gagasan ini. Ada yang merasa bahwa menggunakan AI dalam proses menulis merusak keaslian atau orisinalitas karya. Tapi dari pengalaman saya, AI hanyalah alat lain dalam kotak peralatan kreatif kita. 

Sama seperti kita menggunakan kamus atau thesaurus, AI adalah sumber daya yang bisa membantu kita menyusun kalimat yang lebih baik, mengatasi kebuntuan, atau bahkan menghasilkan ide-ide yang belum pernah kita pikirkan sebelumnya. Kuncinya adalah menggunakan AI dengan bijak dan tetap menjaga kendali penuh atas arah dan pesan cerita kita.

Pada akhirnya, memanfaatkan AI sebagai co-writer adalah soal menemukan cara yang tepat untuk memasukkannya ke dalam proses kreatif kita. Setiap penulis memiliki gaya dan metode yang berbeda, dan AI tidak akan cocok untuk semua orang. 

Tapi bagi saya, ini adalah cara yang efektif untuk memperkaya proses menulis, mengatasi tantangan-tantangan yang muncul, dan mungkin yang paling penting, membantu saya tetap produktif meskipun dalam keadaan yang sulit. 

Jadi, jika kamu merasa terjebak dalam proses menulis atau hanya ingin mencoba sesuatu yang baru, saya sarankan untuk memberi kesempatan pada AI. Kamu mungkin akan terkejut dengan seberapa banyak yang bisa didapatkan dari kolaborasi ini. [Tulisan ini 100% ditulis AI]

Hendy Jobers, seorang Pak RT di grup Facebook kepenulisan: "Ingin Menjadi Penulis. Namun, Enggan Menulis."

Posting Komentar

© Kepenulisan.com. Hak cipta. Developed by Jago Desain