Di era kepenulisan 4.0 seperti sekarang, pemanfaatan kecerdasan buatan sebagai asisten menulis telah menjadi sebuah keterampilan yang sebaiknya dipahami penulis. Hal ini pula telah dibuktikan oleh Rie Kudan, pemenang Penghargaan Akutagawa 2023 sesi Kedua yang menulis dengan bantuan Chat GPT.
Pada 17 Januari 2024 lalu, seorang penulis perempuan asal Jepang, Rie Kudan berusia 33 tahun; berhasil mendapatkan penghargaan dari Akutagawa Ryūnosuke Shō untuk karya tulisnya bertajuk “Tokyo-to Dojo-to” ("Menara Simpati Tokyo").
Karya yang ditulis dengan bantuan Kecerdasan Buatan Chat GPT itu mendapatkan banyak pujian dari panitia seleksi sebagai “karya yang hampir sempurna” dan “dapat dinikmati semua orang”.
Rie Kudan blak-blakan memberikan tanggapan setelah berhasil mendapatkan penghargaan Akutagawa, “Saya sering menggunakan AI seperti Chat GPT dalam proses menulis buku ini.” Rie Kudan juga memaparkan bahwa 5% dari buku yang ditulisnya itu mengutip kata-kata dan kalimat yang dihasilkan AI.
Bagaimana Rie Kudan Memanfaatkan AI dalam proses menulis?
Penggunaan AI dalam prost menulis merupakan perpaduan menarik antara teknologi dan kreativitas. Rie Kudan menjelaskan bahwa di luar proses menulis, dia secara aktif sering berinteraksi dengan Chat GPT.
Rie Kudan banyak melakukan pertukaran ide dan pendalaman gagasan, bahkan menyelami pemikiran terdalam, “... yang tidak akan pernah bisa dibicarakan dengan orang lain”. Tanggapan yang dihasilkan oleh Chat GPT sering menginspirasi dialog-dialog yang Rie Kudan aplikasikan ke dalam karya tulisnya itu.
Baca Juga: Pemanfaatan Kecerdasan Buatan di Bidang Kepenulisan Sastra Siber
Rie Kudan tidak memerintahkan Chat GPT untuk menghasilkan naskah. Melainkan, dengan pemanfaatan Chat GPT, dia mencari solusi pemecahan masalah. Hasil yang ditampilkan Chat GPT sebagai respons akan memengaruhi ekspresi emosional tokoh utama dalam karyanya.
Tanggapan Terkait Karya Rie Kudan yang Memenangkan Penghargaan Karena Memanfaatkan AI.
Pemanfaatan kecerdasan buatan dalam proses menghasilkan karya memang kerap menimbulkan kontroversi. “Tokyo-to Dojo-to” yang menjadi karya tulis yang dibuat dengan pemanfaatan kecerdasan buatan, bukanlah sesuatu yang baru.
Di 2022 lalu, Zarya of the Dawn: Novel Grafis Pertama Bantuan AI Midjourney yang Mendapatkan Hak Cipta menimbulkan banyak polemik, hingga menghasilkan regulasi baru terhadap karya dan AI di Amerika.
Begitu juga yang terjadi pada pemenang Akutagawa Ryūnosuke Shō. Banyak orang di sosial media yang mempertanyakan pihak Nihon Bungaku Shinkō Kai (Asosiasi Promosi Kesusastraan Jepang) akan terpilihnya “Tokyo-to Dojo-to” sebagai pemenang.
Penghargaan Akutagawa yang dimulai pada tahun 1935 dan merupakan penghargaan utama Jepang untuk bidang sastra. Penghargaan ini diberikan setiap setengah tahun kepada penulis baru, dan yang diselenggarakan kali ini merupakan sesi kedua untuk karya-karya yang diterbitkan 1 Juni hingga 30 November tahun lalu.
Keiichiro Hirano, sebagai seorang penulis dan panitia memberikan tanggapan di platform X (Twitter). Dia mengatakan bahwa panitia seleksi tidak menemukan sesuatu yang harus dipermasalahkan dalam pemanfaatan AI di “Tokyo-to Dojo-to”.
Keiichiro Hirano menjelaskan bahwa “... karya pemenang penghargaan Rie Kudan ditulis menggunakan AI telah disalahpahami.” dan menganjurkan untuk membacanya.
“Tokyo-to Dojo-to" berkisah tentang tantangan yang dihadapi seorang arsitek yang bertugas membangun penjara bertingkat tinggi di Tokyo, dengan menggabungkan AI sebagai tema sentralnya.
Sumber: JapanToday, The National News. Geo.