Ketentuan yang diterapkan di situs kepenulisan.com dalam tautan berikut: Ketentuan

Hal-Hal Dasar yang Harus Dikuasai Seorang Penulis di era Siber Sastra

Hal-hal dasar apa saja yang sebaiknya dikuasai, dipahami, dan dimiliki penulis yang berkarya di era siber sastra? Berikut penjabarannya...

Hal dasar apa saja yang harus dikuasai seorang penulis di era siber sastra? Tentu ada beberapa kemampuan dan pengetahuan dasar yang harus dipahami atau setidaknya diketahui oleh penulis alih-alih "bisa menulis". Mari membahasnya!

Kemampuan dasar penulis, Siber Sastra, Menjadi Penulis, Hal apa saja yang harus dikuasai penulis

Pada sebuah kesempatan, saya mendapatkan pertanyaan di grup kepenulisan yang saya kelola; INGIN MENJADI PENULIS. NAMUN, ENGGAN MENULIS. Dalam grup itu, seorang anggota grup memberikan pertanyaan kepada saya, "hal-hal apa saja yang harus dikuasai penulis selain bisa menulis?".

Dari pertanyaan itu, maka saya akan menjelaskan berdasarkan perspektif dan pemahaman saya sebagai seorang penulis dan Blogger. Berikut, hal-hal dasar yang harus dikuasai oleh penulis di era siber sastra.

Kemampuan Menulis Sesuai Standar EYD V.

EYD atau Ejaan Yang Disempurnakan — dahulu sempat disebut sebagai Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) — merupakan pengetahuan dasar yang setidaknya harus diketahui oleh penulis.

Kemampuan menulis sesuai standar EYD V yang paling dasar ialah tahu cara menggunakan tanda baca dan penulisan sebuah kata, mana yang harus dipisah dan mana yang harus digabungkan; agar dapat dibedakan mana yang merupakan kata kerja dan mana yang menjadi keterangan.

Akses EYD V secara gratis melalui tautan berikut: https://ejaan.kemdikbud.go.id/

Jika kamu ingin menjadi seorang penulis, mulailah memahami dan membiasakan diri untuk dapat menulis sebuah kata dan frasa sesuai ejaan. Tentu, kamu gak harus menguasai EYD terlebih dahulu lalu menulis; melainkan, menulis sambil membiasakan diri untuk dapat menulis sesuai standar EYD V.

Kenal Dengan Genre atau Bentuk Tulisan yang Hendak Ditulis.

Saya pernah mendapati seorang yang ingin menjadi penulis novel. Namun, dia sendiri tidak pernah membaca novel. Saya kira hal ini merupakan sesuatu yang aneh dan konyol, di mana seseorang nekat memulai "menulis" tanpa tahu bagaimana bentuk tulisan yang hendak dibuatnya.

Jangan menjadi seperti dia! Setidaknya, bacalah beberapa karya tulis atau buku yang sesuai dengan minat kamu agar kamu sendiri tahu bagaimana bentuk dari tulisan yang hendak kamu tulis.

Kamu harus tahu, setiap penulis itu punya bidangnya masing-masing dan setiap bidang kepenulisan punya cara menulis masing-masing. Content Writer belum tentu bisa menjadi Author Novel jika dia sendiri belum pernah membaca novel; meskipun pekerjaan keduanya sama-sama menulis.

Jadi, bacalah! Sebelum menulis.

Disiplin Merupakan Kemampuan Dasar yang Harus dikuasai Penulis.

Saya kira, siapapun dan apapun bidang kepenulisan yang dipilih; disiplin tentu saja menjadi hal dasar yang harus dikuasai dan harus diterapkan. Hal yang perlu kamu ketahui tentang hubungan antara disiplin dan kepenulisan ialah konsisten.

Tak peduli seberapa bagus kemampuan menulis yang kamu kuasai atau seberapa brilian ide-ide yang kamu miliki untuk ditulis, jika kamu tidak memiliki kedisiplinan, percayalah bahwa tulisan yang ingin kamu buat tidak akan pernah terwujud.

Bagi saya pribadi, kedisiplinan mampu menciptakan konsisten menulis yang mana hal ini akan membentuk komitmen pada diri sendiri. Disiplin juga menjadi jawaban untuk dapat menulis sesuai keinginan yang hendak diraih, dan rencana yang ingin dicapai.

Tanpa kedisiplinan, kamu tidak akan mudah menyelesaikan tulisan yang kamu rencanakan!

Kemampuan Riset dan Update.

Setiap penulis yang berkarya di era siber sastra harus mampu melakukan riset dan update, sebab banyak hal mungkin terjadi jika penulis kurang riset atau tidak update.

Berdasarkan pengalaman saya sebagai seorang pengurus grup kepenulisan di Facebook; sering sekali sebuah tulisan dibedah pembaca karena si penulis kurang intelektual terhadap tulisannya sendiri.

Apalagi di era siber sastra seperti saat ini, penulis sudah dimudahkan dengan digitalisasi dan pemanfaatan kecerdasan buatan untuk menghasilkan tulisan. Jadi, sangat tidak wajar jika penulis tidak mampu melakukan riset dan tidak update akan suatu fenomena, problematika dan dinamika.

Baca Juga: Pemanfaatan Kecerdasan Buatan di Bidang Kepenulisan Sastra Siber

Harus Bisa Menyunting dan Meninjau Naskah Secara Mandiri!

Di era kepenulisan siber sastra, setiap penulis dituntut mampu untuk menyunting dan meninjau karyanya sendiri. Sebab, di beberapa platform menulis tidak menyediakan editor yang secara profesional menyempurnakan naskah yang kamu tulis.

Perlu kamu ketahui! Ada beberapa hal dasar yang menjadi fokus para editor ketika menyunting suatu naskah. Cukup perhatikan hal-hal seperti: tipo (saltik), ejaan, konsistensi diksi, pemborosan kata, dan kelogisan kalimat.

Terakhir, Pahami Platform dan Promosi di Sosial Media

Hal paling lucu yang saya sadari saat menulis artikel; ternyata ada banyak penulis yang tidak memahami platform yang menjadi media menulis mereka sendiri. Hal ini tentu saja disebabkan oleh ketidakmampuan penulis melakukan riset dan update untuk dirinya sendiri. Sungguh ironis.

Di beberapa platform, ada regulasi akan penggunaan frasa secara eksplisit dan implisit; jadi berhati-hatilah atau karya yang kamu publikasikan bisa terkena “shadow banned” tanpa kamu sadari.

Tak lupa, berusahalah untuk memperkenalkan karya kamu lewat promosi di sosial media, microblog, atau blog.

Di beberapa platform, karya tulis yang mendatangkan pembaca dari luar aplikasi membaca novel, misalnya, akan memberikan keuntungan tersendiri. Sedangkan di beberapa platform menulis lainnya, karya-karya yang dicari lewat aplikasinya langsung akan meningkatkan "engagement" dari karya tulis tersebut.

Jadi, pahami platform yang kamu pilih sebagai media menulis agar kamu sendiri mengerti cara mempromosikannya ke temen-temen kamu.

Konklusi:

Sebagai penutup, itulah hal-hal dasar yang harus dikuasai oleh seorang penulis di era siber sastra, berdasarkan perspektif dan pemakaian saya sebagai penulis.

Hal-hal yang saya paparkan di atas juga saya amalkan sebagai bentuk produktivitas menulis. Menurut saya, seorang penulis memang harus memahami standar ejaan sesuai EYD V yang disusun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.

Selain itu, memahami bentuk-bentuk tulisan, platform menulis yang dipilih sebagai media, dan kemampuan riset & update juga perlu dikuasai penulis sebagai pengetahuan dasar. Tak lupa, kedisiplinan juga perlu dikuasai agar penulis bisa tetap sabar, konsisten, dan memiliki komitmen terhadap karya tulisnya. (Desember, 7).

Hendy Jobers, seorang Pak RT di grup Facebook kepenulisan: "Ingin Menjadi Penulis. Namun, Enggan Menulis."

إرسال تعليق

© Kepenulisan.com. Hak cipta. Developed by Jago Desain