Novel bertajuk “The Novelist : A Novel” karya Jordan Castro yang merupakan seorang editor dan author ini mengisahkan kegiatan seorang pria tanpa nama yang berkeliaran di internet dan hal-hal yang mengganggu sehingga menundanya menulis novel auto-fiksi.
Autofiksi merupakan gabungan dari autobiografi dan fiksi. Singkatnya, auto-fiksi adalah novel yang mengisahkan riwayat seseorang.
Plot dan Setting cerita The Novelist hanya berlangsung beberapa jam di suatu pagi yang dimulai dengan adegan membuka laptop. The Novelist menceritakan kisah penundaan seorang penulis yang berjuang melawan gangguan media sosial dan pikiran neurotik-nya.
Sumber: Instagram Jordan Castro |
Novel ini menceritakan kehidupan seorang tokoh tanpa nama di suatu pagi saat dia sedang menulis novel. Namun, dia malah lebih banyak menelusuri Twitter dan Instagram, merenungkan media sosial secara umum, menyeduh teh, lalu kopi.
Kemudian, dia mengirim email ke temannya Li. Dia overthinking ketika sedang buang air dan hanya dalam waktu singkat dia merenungkan kecanduannya, yang merupakan topik novel yang ingin dia tulis.
Hal yang unik dari novel ini ialah, si tokoh adalah seorang penggemar karya-karya Jordan Castro yang menulis novel ini. Bisa dikatakan, Jordan Castro menulis sebuah novel yang mengisahkan seseorang yang merupakan penggemarnya.
The Novelist Bagaikan Buku Harian yang Di-posting di Blog.
Dari beberapa ulasan di Goodreads—sebuah situs di mana pembaca bisa memberikan ulasannya terhadap suatu karya tulis—banyak yang menggolongkan novel ini sebagai Sastra Modern karena unik dan tidak biasa.
Hal ini dikarenakan, membaca The Novelist seperti seakan-akan sedang membaca sebuah Tulisan Blog seorang Blogger dengan dialog percakapan di sosial media.
Jika kamu dahulu senang membaca tulisan Raditya Dika yang menceritakan kehidupan sehari-harinya semasa kuliah di Australia. Ya, kurang lebih hal ini sama seperti membaca The Novelist.
Pada 16 halaman awal dalam novel ini, fokusnya hanya menceritakan si tokoh yang sibuk mengutak-atik Twitter-nya karena menemukan akun Facebook perempuan paling cantik di sekolahnya dulu.
Novel “The Novelist” memanfaatkan Meme Sebagai Media Promosi di Sosial Media.
Sumber: Instagram Jordan Castro |
Pada masa silam, Raditya Dika memanfaatkan Twitter sebagai media mempromosikan karya tulisnya di internet. Pembaca sangat senang ketika mendapatkan notifikasi dari Raditya Dika yang merespon tweet pembaca.
Sama halnya dengan The Novelist; Authornya sering membagikan meme di Instagram dan sering berinteraksi dengan pembacanya.
Menurut pendapat Jordan Castro di salah satu wawancara, dia mengatakan bahwa cara tradisional seperti ulasan yang dipublikasikan di surat kabar hanya menjual beberapa eksemplar buku saja.