LIMA TEKNIK MENULIS NOVEL.
Kepenulisan.com -- Teknik menulis novel merupakan sebuah cara menghasilkan naskah lewat pengalaman dan pemahaman praktis yang memudahkan kamu saat proses menulis novel.
Teknik menulis novel akan memberikan sebuah cara membuat novel yang tidak membosankan khususnya untuk penulis pemula.
Karena bagi penulis pemula, kebanyakan di antara mereka mengira bahwa menulis novel itu harus secara linear. Padahal tidak. Menulis novel tidak harus dimulai dari prolog dan diakhiri dengan ending cerita.
Saat pertama kali mulai menulis novel, kamu memerlukan beberapa waktu agar dapat mencari tahu teknik menulis seperti apa yang dapat membuatmu tetap produktif menghasilkan naskah novel.
Nah! Berikut ini, lima teknik menulis novel yang sering digunakan para penulis best-seller dunia dan tentu saja dapat kamu terapkan agar dapat menciptakan rutinitas menulis.
1. Teknik Menulis Novel Pomodoro.
Teknik Menulis Pomodoro merupakan sebuah metode manajemen waktu yang dikembangkan Francesco Cirillo pada akhir 1980-an.
Teknik Pomodoro menggunakan timer agar dapat memecah waktu pekerjaan menjadi beberapa rentetan jarak, berdurasi 25 menit yang dipisahkan dengan sesi istirahat.
Struktur dasar Teknik Menulis Pomodoro, sebagai berikut;
- Sesi 25 menit pertama : menulis apa pun yang sedang kamu pikirkan
- Istirahat 5 menit ketika sesi pertama selesai.
- Sesi 25 menit kedua.
- Istirahat sejenak.
- Sesi 25 menit ketiga,
- Istirahat lagi.
- Sesi keempat 25 menit.
- Istirahat lebih lama (biasanya 20 hingga 30menit). kamu bisa membaca ulang tulisan kamu.
Teknik Menulis Novel Pomodoro sangat mudah diterapkan bagi penulis pemula.
Rentetan sesi waktu menulis selama 25 menit memberikan banyak manfaat dan benar-benar dapat membantu mengasah fokus, mengurangi gangguan, dan mendapatkan banyak kosakata.
Pomodoro juga membuat kebiasaan baru dalam memanajemen waktu.
Pomodoro lebih fleksibel, kamu tidak harus mengikuti struktu yang digunakan seperti contoh di atas. Cobalah menyesuaikan dengan kapasitas masing-masing.
Mungkin kamu hanya bisa menulis selama 15-25 menit atau bisa lebih lama di sesi 45 menit yang diselingi jeda sedikit lebih lama.
Cobalah beberapa variasi dan terus perhatikan kemajuannya, kamu boleh memperbaiki teknik Pomodoro yang sesuai dengan kapasitas-mu. Jadi, ambil timer atau unduh aplikasi Pomodoro di handphone kamu, cobalah!
Usahakan untuk tetap tidak terhubung ke internet karena dapat memecah konsentrasi.
2. Teknik Menulis Novel Freewriting.
Jika kamu sering terjebak di zona writter block atau tidak dapat memulai ketika merasa mood dalam keadaan buruk. Cobalah teknik menulis yang disebut freewriting atau menulis bebas.
Freewriting melibatkan pelepasan semua batasan dengan tetap menulis secara terus-menerus dalam waktu yang singkat menggunakan cara 'stream-of-consciousness'.
Stream-of-consciousness adalah teknik naratif di mana pikiran dan emosi narator atau karakter ditulis sedemikian rupa sehingga pembaca dapat memahami keadaan batin si tokoh yang ditulis.
Pada dasarnya, tujuan freewriting adalah menulis apa pun yang muncul di pikiranmu, tanpa mengkhawatirkan tata bahasa, ejaan, atau bahkan kata-kata yang tak masuk akal.
Jangan takut! Tulis apa saja dan keluarkan semua yang ada di pikiranmu. Hal terpenting tentang freewriting ialah kamu tidak boleh berhenti berpikir. Jika pikiranmu telah mencapai batas, maka sesi menulis pun juga ikut selesai.
Tulis apa saja yang ada di dalam pikiranmu hingga sesuatu yang lebih penting mulai datang; misalnya sholat atau telepon berdering.
Intinya tetap buka pikiranmu, lewati apa pun yang menghalangi dan tumpahkan semua pemikiran kreatif sehingga mengalir bebas ke lembar ceritamu. Ingat! Tidak ada yang melihat tulisanmu dalam sesi freewriting.
Kamu bahkan boleh tidak membaca kembali tulisan yang telah kamu tulis.
Agar lebih seru, gabungkan teknik freewriting dengan metode Pomodoro. Gunakan freewriting dalam beberapa sesi pertama, sebagai bentuk pemanasan, kemudian pindah ke sesi menulis 'biasa' setelah kamu merasa siap.
3. Teknik Menulis Dikte.
Dikte merupakan teknik menulis novel yang sederhana. Teknik menulis ini dikakukan dengan merekam suara sendiri kemudian mendengarkan kembali rekaman dan tulisan ulang rekamannya.
Kamu bisa memasukkan tanda baca yang tepat saat sedang menyunting naskahnya atau pilih saja mana yang paling cocok digunakan.
Kamu bisa berbicara tentang apa pun dengan tulisanmu menggunakan dikte!
Teknik Menulis Dikte seperti menceritakan sebuah cerita ke seseorang yang mendengar. Kamu bisa menggunakan alat perekam suara atau peranti pengubah suara menjadi teks yang ada di handphone kamu.
Penulis buku best-seller Joanna Penn menulis kembali tulisannya dengan cara dikte setelah merekam suaranya sendiri.
Sebelum mulai merekam, cobalah menyusun outline atau kerangka cerita untuk beberapa adegan atau bagian yang akan kamu dikte sehingga proses perekamannya memiliki struktur atau skenario di setiap sesi merekam agar pembicaraan tetap terarah.
"Aku mendiktekan naskah novel dan itu merupakan proses penciptaan yang jauh lebih cepat daripada konsep menulis yang biasanya sering kulakukan.""Aku melakukannya dalam kurun waktu 27 hari menulis (sekitar lima Minggu), dengan cara dikte, aku berhasil menulis 5000 kata per jam ... .""Tulisanku berubah melalui proses dikte, dan membuat ceritaku lebih segar serta dialognya lebih jelas. Dikte merupakan cara yang mudah sebagai teknik menulis-lisan."
Rekam suaramu saat berbicara dan tulis ulang rekamannya atau kamu bisa menggunakan aplikasi speech-to-text atau alat transkrip suara menjadi teks yang ada di handphone kamu.
Miliki rencana sehingga rekaman tidak bertele-tele agar kamu tidak kehilangan pikiran. Ucapkan semua yang mengalir sehingga menghasilkan cerita yang dapat ditulis, nantinya.
Hal terbaik menggunakan teknik menulis dikte ialah kamu bisa lebih efektif dan fleksibel ketika ingin menulisnya. Selain itu, dikte juga meningkatkan kemampuan story-telling kamu.
Cobalah rekam suara saat kamu gabut, sedang membersihkan rumah atau sedang sendirian. Sekarang! jangan lagi berbicara dengan tembok, rekam ide-mu dan catat nanti!
4. Teknik Menulis Novel Tanpa Aturan.
Bagi banyak penulis pemula, menulis novel berarti harus mulai dari awal hingga akhir. Tapi, jika kamu kesulitan berjuang menulis novelmu secara kronologis atau berurutan segaris. Coba saja menulis adegan yang tidak teratur.
Teknik menulis novel tanpa aturan seperti menyusun puzzle, kamu menulis semua adegan yang kamu mau. Kemudian, susun serakan cerita itu, nanti.
Misalnya: Kamu punya ide bagus tentang bagian klimaks yang dramatis di akhir cerita. Tapi, kamu baru menulis bagian pertama.
Tak masalah! Tinggalkan bagian cerita itu sementara dan tulis titik klimaks yang telah kamu pikirkan.
Teruslah memikirkan potongan dialog, pengembangan karakter, atau deskripsi tempat yang tidak sesuai dengan adegan.
Luangkan waktu menulis dan kembangkan saat kamu berada di 'zona nyaman'.
Teknik menulis seperti ini, telah dipraktekkan oleh penulis bernama Susan Dennard.
"Aku juga harus membuat outline terlebih dahulu dan tulis apa yang kurasa harus ada di adegan ..." Dennard menjamin."Aku selalu berpikir bahwa aku harus menulis sesuai kronologis. Maksudku, dengan duduk saja dan menulis apa yang ada di kepalaku,'' kata Denn."Namun, ketika mengikuti teknik ini, aku menemukan bahwa outlineku tidak berguna . Tak satu pun dari rencana adegan tampaknya sesuai," angguk Dennard.
Teknik menulis ini berguna agar dapat menghindari writer block, atau ketika kamu sedang mengalami kesulitan menulis adegan tertentu.
Pindah ke sesuatu yang mengalir lebih mudah agar dapat memanfaatkan waktu dan lebih produktif. Hal ini seperti mengerjakan soal ujian, jawab pertanyaan yang mudah dan selesaikan yang sulit, nanti.
Cara ini sangat cocok dipadukan dengan teknik menulis Freewriting dan Pomodoro.
Gunakan 'Catatan' di ponselmu dengan membuat dokumen baru di setiap adegan, dan gabungkan, nanti.
5. Teknik Menulis dan Merevisi Secara Bersamaan.
Saat kamu menulis novel, banyak saran yang bilang kalau ... "tulis saja dulu, edit-nya nanti."
Tidak semua penulis bisa menerapkan tekniks menulis yang sama dalam cara menghasilkan karya tulis dan teknik ini mungkin juga tidak berfungsi bagi beberapa orang.
Kamu mungkin harus mencoba menulis dan merevisi secara bersamaan, jangan menulis outline, cukup tulis dan kembali memperbaikinya nanti.
Sebab, tidak semua orang suka menyusun outline dan memanfaatkannya. Karena saat menyusun alur, penulis dikategorikan dalam tiga ragam.
Bacalah artikel berikut ini untuk mencari tahu lebih luas tentang tiga ragam penulis dalam menyusun alur:
Teknik menulis novel yang satu ini, membuatmu terus menulis dan merevisi hingga kamu senang dengan hasilnya.
Jelas cara ini merupakan sebuah proses menulis naskah yang lebih lambat. Cara ini akan menghabiskan waktu lebih banyak supaya bisa mendapatkan adegan yang sesuai dengan yang diinginkan.
Tetapi, teknik menulis ini juga merupakan sebuah proses penyuntingan yang lebih efisien, sebab kamu melakukannya dengan perhitungan yang baik.
Walau masih ada hal-hal yang perlu dipoles, tetapi jauh lebih sedikit daripada menulis dengan teknik Freewriting.
Penulis Laini Taylor menggunakan metode penulisan sambil revisi di antara buku-buku terlarisnya:
"Aku harus benar-benar mencintai setiap adegan sebelum melanjutkannya. Setelah aku merasakan ada sesuatu yang salah, aku harus memperbaikinya!""... cara ini bisa terasa sangat lambat, tetapi hasilnya bagiku justru lebih sesuai dengan outline yang sudah selesai kususun, dan proses revisi menjadi pekerjaan yang menyenangkan karena hanya dengan mengambil sesuatu yang aku suka dan menguatkannya," kata Laini.
Semuanya kembali pada bagaimana kamu nyaman sebagai penulis. Tidak ada cara yang benar atau salah dalam teknik menulis novel.
Penutup:
Ada penulis yang dapat mengombinasikan lebih dari dua teknik menulis sehingga menjadi teknik menullis yang baru. Tetapi, ada pula penulis yang merasa tidak sesuai dengan teknik menulis di atas sehingga memilih menciptakan teknik menulisnya sendiri.
Intinya, cari cara yang benar-benar membuatmu produktif.
Tidak ada yang benar dan salah tentang teknik menulis, semuanya benar apabila tekniknya dapat membuatmu terus menulis dan menulis terus!